Friday, March 6, 2015

Belajar Menghargai Mengerti Menerima

Sudah menjadi kebiasaan manusia yang tak akan pernah puas dengan sejuta keinginan yang terpendam dalam pikiran. Tak urung setiap manusia mudah sekali terserang dengan “bosan” “jenuh” ya kurasa dari kita semua pasti akan menemui fase ini. Tak bisa aku munafik karena aku juga sering kali terjatuh dalam keadaan seperti ini, tak jarang pula aku larut seperti ini, awal memang tak terasa tapi lama-lama penyesalan yang muncul. Tapi kadang aku bersyukur karena yang sering terjadi seperti ini urusan dengan barang tidak dengan rasa atau yang para remaja sekarang bicara Cinta Sayang. Tapi bagaimana pun itu bentuknya tetep tidak baik buat diri kita sendiri atau orang lain.


Hati-hati jika kita sering kali merasakn hal seperti ini. Jangan pernah sekali-kali berani punya rasa kepada orang lain. Bukan tidak boleh!! Tapi alangkah baik dan bijak kita perbaiki sifat yang mudah bosan atau jenuh dengan sesuatu hal atau siapa pun. Menurutku ini sama halnya kita kurang dan sangat kurang banyak-banyak bersyukur, menghargai, dan menerima kepada apa yang kita miliki. Bayangkan saja jika kita mempunyai sifat dan gampang bosan, terus kalian menjalin suatu hubungan dengan seseorang, 1 bulan pertama jadian pasti masih terasa mesrah sampai 5 bulan, mendekati 1 tahun kita pasti mulai merasa kebosanan sedikit demi sedikit, karena hanya itu-itu saja. langsunglah kita menoleh kanan kiri dan mulai membandingkan kekurangan dari kekasih kita dengan kelebihan orang lain. Please deh… buang jauh dari otak kita kata “bosan” dan kurangnya rasa syukur, menerima serta menghargai. Apa tidak kasian pada orang lain sudah percaya dan memberikan kepercayaan kepada kita?? Apa kita lupa apa yang telah di korbankan untuk kita, pengorbanan tidak harus terlihat teman!!! INGAT ITU!! Tapi apa balas kita??? Luka yang kita berikan kepada mereka yang tengah bersandar dan percaya kepada kita. Bukan terlanjur percaya tapi kepercayaan itu datang kerena pilihan hati kita yang di tangkap oleh mata dan di rekam oleh otak dan di sampaikan kepada hati kita. Bilangnya saja  “tidak ada yang sempurana di dunia ini” nyatanya apa?? mata kita masih mencari dan suka membandingkan orang di sekitar kita kan??? meskipun tidak dengan sengaja tapi  berujung petaka :D Nah tinggal tunggu waktu saja kapan putusnya, dan keluarlah kalimat “kamu terlalu baik buat ku” buset dah kalimat klasik ini selalu muncul disetiap pasangan remaja. Kalau baik-baik saja kenapa putus coba?? Pikir deh dua kali lipat hehehe. Kadang miris seperti ini, tapi kalau kita berada dalam posisi ini bukan miris lagi tapi nelangsa banget deh, bawaannya ingin cerita dan cerita, bahkan sampai ingin amnesia segala. Tak sedikit yang pernah cerita dengan kasus seperti ini.

Baik sih jika seperti ini, aku bilang baik karena sifat seperti ini. Karena bisa membangun rasa “Tawadu’” dalam diri kita. Contohnya saja dalam hal ibadah ; kita melihat orang yang lebih tua dari pada kita, “aku iri dengan pak tua itu, pasti dia sudah memiliki amal yang lebih banyak dari pada aku” atau sebaliknya melihat orang yang lebih muda dari pada kita “aku iri dengan mereka, yang masih muda dengan ibadah taatnya sedang aku telah lalai menyianyiakan masa mudaku dan sekarang dosaku lebih banyak dari pada dia”. Jika hal seperti ini baik buat diri kita. Yang pada akhirnya kita bisa memperbaiki dan mengkoreksi diri kita apa, bagaimana, mengapa. Semua jawaban ada dalam diri kita sendiri.

Teman-teman.. kita semua manusia biasa yang tak luput dari salah. Tapi kita juga harus belajar bagaimana cara agar kita tidak jatuh pada keadaan seperti ini yang hanya menyakiti orang lain saja. Jangan salahkan orang lain menghina kita jika kedaan seperti ini terjadi karena kita pantas mendapatkannya. Kita marah malah menunjukkan kalau kita memang benar-benar salah. Yang lebih parah lagi kita tahu keadaan seperti ini salah tapi kita tetap saja maju dan terabas semua keadaan dan omongan orang lain padahal niat mereka mengingatkan kita, dengan mudah kita bilang “ini hidupku!! kenapa kalian mengurusi,.. semau saya dong” jika sudah bilang seperti ini mau gimana pun tak akan pernah sadar karena hanya dia saja yang bisa menyadarkan dirinya sendiri, gimana tidak?? Orang lain mengingatkkan malah terkena amarahnya, saking keras kepala. Ingat teman.. semua manusia punya hati baik itu laki-laik, perempuan, atau wandu sekali pun. Kita hidup di bumi bukan sendiri, jika kita punya mainset “ini hidup ku!! Sesuka ku dong!!” tanpa memikirkan orang lain dengan kata lain senaknya saja. Baiklah kalau seperti ini silakan hidup di hutan. Binatang saja masih punya hati nurani contohnya saja ayam betina yang lagi bertelur dia pasti senantiasa menjaga telurnya yanag bakal menjadi anaknya kelak. Manusia juga seperti itu. Banyak dari kita berlomba-lomba mencari cara bagaimana cara bagaimana agar kita dihargai orang lain dan dimengerti orang lain, sampai kita lupa kalau kita tak menghargai orang lain, bahkan dirinya sendiri tak di hargai.

Mengharigai, menerima, da mengerti diri sendiri lebih dulu baru kita belajar mengaplikasikan kepada orang-orang yang berada di sisi kita tak lain adalah keluarga dan kekasih kita atau sahabat kita. Tanamkan dalam-dalam di otak dan hati kita kalau “mereka” juga punya hati yang sama dengan kita. Hati ini kecil sekali, jika terluka usai sudah. Otak dan jutaan saraf motorik mulai tak nyaman melakukan apa pun karena luka hati yang sangat dalam. Seperti kalau kita sakit gigi sekujur tubuh serasa tak enak semua. Begitu pula dengan hati kita teman. Kadang kala cuek, acuh tak acuh itu perlu buat kita, tapi kalau berlebihan orang lain pun enggan dengan kita, kita pasti merasakan sendiri kesalahan dari sifat kita ini.

Teman-temanku sekalian. karena sifat kita seperti inilah sering kali kita mudah jatuh dalam keadaan yang disebut kenyamanan, tapi kenyamanan yang tak baik jika berlama-lama berada di dalamnya. Kenapa aku bilang ini tidak baik?? Karena dari awal kita sudah menyakiti orang lain sadar atau tidak sadar karena sifat kita yang seenaknya dan semaunya sendiri lantaran hanya karena rasa bosan. Pasti ada fase dimana kita berada di suatu kenyamanan yang membuat kita lupa atau “cuek” dengan hal lain hanya karena kenyamanan itu. Padahal kita sadar dalam hati dan tahu apa yang kita lakukan ini salah tapi kita masih melanjutkannya. Dan hanya pada penyesalanlah akhir dari perjalanan ini. Alangkah baik kalau kita mendapatkan pelajaran dari kejadian seperti ini tapi lebih baik lagi kalau kita mengetahuinya dari awal apa dampak yang akan terjadi lebih besar mana madorot dan manfaatnya. Karena penyesal tak akan pernah ada di depan dia akan selalu ada di belakang.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan barokah buat teman-teman pembaca, terlebih buat diri pribadi ku sendiri. Maaf jika ada yang salah dari ketikan atau ungkapan yang salah. Jangan lupa tinggalkan komentar kalian yaa.. :D LIKE nya juga (y)

05 maret 2015
Surabaya
De’andrias


No comments:

Post a Comment