Sudah menjadi kebiasaan
manusia yang tak akan pernah puas dengan sejuta keinginan yang terpendam dalam
pikiran. Tak urung setiap manusia mudah sekali terserang dengan “bosan” “jenuh”
ya kurasa dari kita semua pasti akan menemui fase ini. Tak bisa aku munafik
karena aku juga sering kali terjatuh dalam keadaan seperti ini, tak jarang pula
aku larut seperti ini, awal memang tak terasa tapi lama-lama penyesalan yang
muncul. Tapi kadang aku bersyukur karena yang sering terjadi seperti ini urusan
dengan barang tidak dengan rasa atau yang para remaja sekarang bicara Cinta
Sayang. Tapi bagaimana pun itu bentuknya tetep tidak baik buat diri kita
sendiri atau orang lain.
Hati-hati jika kita sering
kali merasakn hal seperti ini. Jangan pernah sekali-kali berani punya rasa
kepada orang lain. Bukan tidak boleh!! Tapi alangkah baik dan bijak kita
perbaiki sifat yang mudah bosan atau jenuh dengan sesuatu hal atau siapa pun. Menurutku
ini sama halnya kita kurang dan sangat kurang banyak-banyak bersyukur,
menghargai, dan menerima kepada apa yang kita miliki. Bayangkan saja jika kita
mempunyai sifat dan gampang bosan, terus kalian menjalin suatu hubungan dengan
seseorang, 1 bulan pertama jadian pasti masih terasa mesrah sampai 5 bulan,
mendekati 1 tahun kita pasti mulai merasa kebosanan sedikit demi sedikit,
karena hanya itu-itu saja. langsunglah kita menoleh kanan kiri dan mulai membandingkan
kekurangan dari kekasih kita dengan kelebihan orang lain. Please deh… buang
jauh dari otak kita kata “bosan” dan kurangnya rasa syukur, menerima serta
menghargai. Apa tidak kasian pada orang lain sudah percaya dan memberikan
kepercayaan kepada kita?? Apa kita lupa apa yang telah di korbankan untuk kita,
pengorbanan tidak harus terlihat teman!!! INGAT ITU!! Tapi apa balas kita???
Luka yang kita berikan kepada mereka yang tengah bersandar dan percaya kepada
kita. Bukan terlanjur percaya tapi kepercayaan itu datang kerena pilihan hati
kita yang di tangkap oleh mata dan di rekam oleh otak dan di sampaikan kepada
hati kita. Bilangnya saja “tidak ada
yang sempurana di dunia ini” nyatanya apa?? mata kita masih mencari dan suka
membandingkan orang di sekitar kita kan??? meskipun tidak dengan sengaja
tapi berujung petaka :D Nah tinggal
tunggu waktu saja kapan putusnya, dan keluarlah kalimat “kamu terlalu baik buat
ku” buset dah kalimat klasik ini selalu muncul disetiap pasangan remaja. Kalau
baik-baik saja kenapa putus coba?? Pikir deh dua kali lipat hehehe. Kadang
miris seperti ini, tapi kalau kita berada dalam posisi ini bukan miris lagi
tapi nelangsa banget deh, bawaannya ingin cerita dan cerita, bahkan sampai
ingin amnesia segala. Tak sedikit yang pernah cerita dengan kasus seperti ini.
Baik sih jika seperti
ini, aku bilang baik karena sifat seperti ini. Karena bisa membangun rasa
“Tawadu’” dalam diri kita. Contohnya saja dalam hal ibadah ; kita melihat orang
yang lebih tua dari pada kita, “aku iri dengan pak tua itu, pasti dia sudah
memiliki amal yang lebih banyak dari pada aku” atau sebaliknya melihat orang
yang lebih muda dari pada kita “aku iri dengan mereka, yang masih muda dengan
ibadah taatnya sedang aku telah lalai menyianyiakan masa mudaku dan sekarang
dosaku lebih banyak dari pada dia”. Jika hal seperti ini baik buat diri kita.
Yang pada akhirnya kita bisa memperbaiki dan mengkoreksi diri kita apa,
bagaimana, mengapa. Semua jawaban ada dalam diri kita sendiri.
Teman-teman.. kita
semua manusia biasa yang tak luput dari salah. Tapi kita juga harus belajar
bagaimana cara agar kita tidak jatuh pada keadaan seperti ini yang hanya
menyakiti orang lain saja. Jangan salahkan orang lain menghina kita jika kedaan
seperti ini terjadi karena kita pantas mendapatkannya. Kita marah malah
menunjukkan kalau kita memang benar-benar salah. Yang lebih parah lagi kita
tahu keadaan seperti ini salah tapi kita tetap saja maju dan terabas semua
keadaan dan omongan orang lain padahal niat mereka mengingatkan kita, dengan
mudah kita bilang “ini hidupku!! kenapa kalian mengurusi,.. semau saya dong”
jika sudah bilang seperti ini mau gimana pun tak akan pernah sadar karena hanya
dia saja yang bisa menyadarkan dirinya sendiri, gimana tidak?? Orang lain
mengingatkkan malah terkena amarahnya, saking keras kepala. Ingat teman.. semua
manusia punya hati baik itu laki-laik, perempuan, atau wandu sekali pun. Kita
hidup di bumi bukan sendiri, jika kita punya mainset “ini hidup ku!! Sesuka ku
dong!!” tanpa memikirkan orang lain dengan kata lain senaknya saja. Baiklah
kalau seperti ini silakan hidup di hutan. Binatang saja masih punya hati nurani
contohnya saja ayam betina yang lagi bertelur dia pasti senantiasa menjaga
telurnya yanag bakal menjadi anaknya kelak. Manusia juga seperti itu. Banyak
dari kita berlomba-lomba mencari cara bagaimana cara bagaimana agar kita
dihargai orang lain dan dimengerti orang lain, sampai kita lupa kalau kita tak
menghargai orang lain, bahkan dirinya sendiri tak di hargai.
Mengharigai, menerima,
da mengerti diri sendiri lebih dulu baru kita belajar mengaplikasikan kepada
orang-orang yang berada di sisi kita tak lain adalah keluarga dan kekasih kita
atau sahabat kita. Tanamkan dalam-dalam di otak dan hati kita kalau “mereka”
juga punya hati yang sama dengan kita. Hati ini kecil sekali, jika terluka usai
sudah. Otak dan jutaan saraf motorik mulai tak nyaman melakukan apa pun karena
luka hati yang sangat dalam. Seperti kalau kita sakit gigi sekujur tubuh serasa
tak enak semua. Begitu pula dengan hati kita teman. Kadang kala cuek, acuh tak
acuh itu perlu buat kita, tapi kalau berlebihan orang lain pun enggan dengan
kita, kita pasti merasakan sendiri kesalahan dari sifat kita ini.
Teman-temanku sekalian.
karena sifat kita seperti inilah sering kali kita mudah jatuh dalam keadaan
yang disebut kenyamanan, tapi kenyamanan yang tak baik jika berlama-lama berada
di dalamnya. Kenapa aku bilang ini tidak baik?? Karena dari awal kita sudah
menyakiti orang lain sadar atau tidak sadar karena sifat kita yang seenaknya
dan semaunya sendiri lantaran hanya karena rasa bosan. Pasti ada fase dimana
kita berada di suatu kenyamanan yang membuat kita lupa atau “cuek” dengan hal
lain hanya karena kenyamanan itu. Padahal kita sadar dalam hati dan tahu apa
yang kita lakukan ini salah tapi kita masih melanjutkannya. Dan hanya pada
penyesalanlah akhir dari perjalanan ini. Alangkah baik kalau kita mendapatkan
pelajaran dari kejadian seperti ini tapi lebih baik lagi kalau kita
mengetahuinya dari awal apa dampak yang akan terjadi lebih besar mana madorot
dan manfaatnya. Karena penyesal tak akan pernah ada di depan dia akan selalu
ada di belakang.
Semoga tulisan ini
bermanfaat dan barokah buat teman-teman pembaca, terlebih buat diri pribadi ku
sendiri. Maaf jika ada yang salah dari ketikan atau ungkapan yang salah. Jangan
lupa tinggalkan komentar kalian yaa.. :D LIKE nya juga (y)
05 maret 2015
Surabaya
De’andrias
No comments:
Post a Comment