Wednesday, June 17, 2015

Roda Kehidupan


"Guru, saya pernah mendengar kisah seorang arif yang pergi jauh dengan
berjalan kaki. Cuma yang aneh, setiap ada jalan menurun, sang arif konon
agak  murung.  Tetapi  kalau  jalan  sedang  mendaki  ia  tersenyum.  Hikmah
apakah yang bisa saya petik dari kisah ini1?"

"Itu perlambang manusia yang telah matang dalam meresapi asam garam
kehidupan.  Itu  perlu  kita  jadikan  cermin.  Ketika  bernasih  baik.  sesekali
perlu kita sadari bahwa satu ketika kita akan mengalami nasib buruk yang
tidak kita harapkan. Dengan demikian kita tidak terlalu bergembira sampai
lupa  bersyukur  kepada  Sang  Maha  Pencipta.  Ketika  nasib  sedang  buruk,
kita  memandang  masa  depan  dengan  tersenyum  optimis.  Optimis  saja
tidak cukup, kita harus mengimbangi optimisme itu dengan kerja keras."

"Apa  alasan  saya  untuk  optimis,  sedang  saya  sadar  nasib  saya  sedang
jatuh dan berada dibawah."

"Alasannya  ialah  iman,  karena  kita  yakin  akan  pertolongan  Sang  Maha
Pencipta."

"Hikmah selanjutnya?"

"Orang  yang  terkenal  satu  ketika  harus  siap  untuk  dilupakan,  orang  yang
diatas  harus  siap  mental  untuk  turun  kebawah.  Orang  kaya  satu  ketika
harus siap untuk miskin."

##
kita tak pernah tahu apa yang kelak terjadi tinggal kita memilih. kita zaman menngikuti kita atau kita yang mengikuti zaman.
semua pasti ada hukum dan tata cara sendiri-sendiri, bagaimana, kapan itu massalah waktu kita tak perlu memikirkan itu semua Just Do it, Because We Can.

No comments:

Post a Comment