Desember pukul 17.00wib Sore itu hujan cukup deras. Datang tiba-tiba
mengusir indahnya senja. Digantikan oleh
awan hitam yang menakutkan. Gemuruh juga mulai bersuara membuat para orang tua
menggendong erat anaknya yang ketakutan. Berteduh diteras toko atau dibawah
halte, ada juga para pedagang yang mengembangkan payung besar diatas
dagangannya. Atau para remaja yang masuk ke dalam cafe sederhana, entah mereka
benar-benar ingin memesan makanan atau hanya sekedar numpang tempat untuk
berteduh. Disudut cafe itu tampak seorang lelaki menikmati secangkir espresso.
Sesekali menghirup aroma tembakau ditangannya. Namanya David. Matanya
menerawang tajam kearah jalan raya yang basah kuyup karna hujan. Dia
menyukainya, Menyukai hujan. Baginya setiap tetes yang jatuh membawa seribu
janji kehidupan. Yah, itulah yang
dipikirkannya. Hingga tanpa dia sadari rokok disela-sela jarinya telah
memendek. Dia menyulut lagi.
Hujan ini mengingatkannya pada sesosok
gadis yang dia temui dihalte depan. Tepat saat sore seperti ini. Dia ingat
jelas kala itu mereka berdua terjebak diantara derasnya hujan. Gadis itu
menggunakan baju biru kotak-kotak, berhijab dengan sangat rapi. “tidak terlalu cantik, tidak terlalu memukau.
Biasa saja. Tapi entahlah seperti ada sesuatu yang berbeda dari dia” batin
david kemudian tersemyum manis. Entah apa yang membuatnya berani bicara saat itu.
Ya, david mengajaknya berbincang meski sebentar. Sebatas perkenalan mungkin.
Karna mereka memutuskan untuk berteduh dicafe yang sama. Sembari memesan espresso
dan coklat panas. Tepat dikursi yang diduduki David sekarang. Perkenalan singkat yang menjadikan awal dari
kisah indah mereka. Gadis itu. Gadis
yang membuat hati david bersemi. Persis seperti namanya “Bunga”. Gadis yang membuat
David selalu berusaha melukis senyum dibibirnya. Gadis yang membuat David
bersusah payah menyiapkan kejutan dihari ulang tahunnya meski dia tahu kalau
tak mengerti arti romantis. Gadis yang membuat David tersenyum tanpa
sebab. Dan gadis yang membuat David
menetapkan keputusan bahwa dalam hidupnya hanya dia selu ingin bersama bunga. Apapun
yang dimilikinya diperuntukkan pada Bunga. Entah apa yang dia rasakan. Dia rasa
ini bukan cinta. Entah kenapa dia hanya ingin membuat bunga tersenyum bahagia.
Hanya itu. Entahlah, dia tidak mengerti.
Malam yang indah. David menyulut rokonya.
Menyanyi bersama gitar akustiknya. Dia berlatih. Menyiapkan lagu spesial untuk
sosok yang amat dicintainya. Siapa lagi jika bukan gadis hujannya tak lain
adalah bunga. Gadis yang berjanji akan bersedia menerima dia apa adanya. Sesekali
david menghisap aroma tembakau yang menjadi Favoritnya. Dan satu lagi. Sebotol
Alkohol menemaninya juga malam itu. Dia ingin tau bagaimana reaksi gadis
hujannya saat melihat dirinya melayang. Tak hanya itu, dia juga ingin gadisnya
itu mengerti bahwa itulah david yang sebenarnya. Dia tidak ingin ada sesuatu
yang disembunyikan diantara mereka. Tak lama setelah itu .
Bunga datang. Membawa sekotak makanan untuknya. Seakan ada petir yang menyambar
bagian ditubuhnya. Hati. Hatinya tersentak kaget. Entah apa yang ada
difikirannya. Bunga mengambil botol alkohol itu kemudian dilemparkan olehnya.
“kenapa bunga? Kenapa kamu pecahin botol itu?” tanya David tersenyum tipis.
“ kamu!! Aku nggak nyangka kamu kayak gini! Aku gak nyangka kamu minum Vid!!” kata Bunga dengan matanya yang berkaca-kaca.
“
ini aku, David yang sebenarnya. Aku ingin kamu tau kalau ini sisi lain dari
david yang kamu kenal. Aku ingin kamu faham bunga! Aku ingin kamu mengerti” jelas david mengusap airmata Bunga. Baru kali ini David melihatnya.
“kamu
nggak seperti David yang aku kenal. Aku kecewa vid! Aku kecewa! Aku gak pengen
semakin lama bersama orang yang salah. Aku kecewa Vid!” kata Bunga. Airmatanya semakin deres berjatuhan.
“
kamu sendiri yang bilang, kamu akan terima aku apa adanya, mana bunga? Mana?
Bahkan kamu merasa salah telah memilihku. Mana janji kamu waktu itu?” tanya David nada kecewa.
Bunga hanya menangis, pikirannya penuh tanya dengan apa yang telah dilihatnya. Dia tidak ingin semakin dikecewakan. “kita putus” kata bunga menangis kemudian pergi meninggalkan David.
David
hanya terdiam, termangu dalam kejadian beberapa menit yang lalu.
“apa
yang kamu tangisin bunga? Apa? Kamu menangis karna aku yang seperti ini, atau
karna kamu ? karna dirimu yang memang belum mengerti apa makna menerima apa
adanya yang sesungguhnya” david berkata
dalam hatinya sendiri.
To
Be Continue ..
Writer : D.
Writer : D.
No comments:
Post a Comment