jiwa ini semakin tak
kuasa, hantaman palu pun tak akan terasa, sabitan tanjamnya waktu serasa
membunuhku perlahan. Ketakutan dan kekhawatiranku menjadi kenyataan yang dulu
sempat dianggap biasa dan berujung binasa. Entah akan lari kemana lagi
aku, aku seperti daun jatuh dari pohon
yang tertiup angin tak mengerti mata angin hanya berharap aku tetap bisa
menyimpannya. Aku tak lelah bukan juga tak kuat, aku hanya perfikir kenapa
semua itu bisa terjadi secara perlahan dan pasti, aku mencoba memandangi kaca
tapi tetap sama semu yang ku dapat. Aku mencoba meraungkan wajahku ke sungai
diaman kita dulu pernah bersama, entah air yang keruh atau aku yang terlalu
kotor.
Tangan kananku mulai
kaku seperti es, ku tulis ini hanya dengan tangan kiri dan ingin kusembunyikan
dari tangan kananku, aku tak ingin menyakiti mereka. Tuhan… kalau ini sudah
menjadi cobaku atau hukum atas karmaku, maka aku ingin yang lebih berat, aku
tak menyalahkan siapa atau apa dalam keadaan ini, hanya diriku ini yang perlu
disingkirkan. “harapku dalam hati”
Terik siang semakin
menusuk, panas ini tak lebih panas dari bakaran semua emosional dalam jiwa dan
ragaku. Angin yang enggan memberikan dinginnya, hujan dan awan yang tak
bersabat, aku mulai terasingkan dalam keadaan ini dan tempaat ini, apa ini
bukan tempatku..?? kalau bukan aku akan pergi jika untuk membuat baik,
setidaknya aku memiliki tempat kenangan ini setelah aku terusir secara perlahan
tanpa sengaja.
Apa yang kau rasakan
??? “tanyaku dalam hati”
aku akan benar benar
kehilangan sosok wanita yang dulu pernah berkata “kau sempurnakan aku” dia yang
sering ku panggil “gadis hujanku” dan kata itu berubah “kau bukan siapa siapa
ku” perbuatan apa yang telah aku lakukan, secepat itukah??? “jawab sendiri
dalam hati kotor ini”
Apa yang kau inginkan
??? “tanyaku dalam benak”
Aku tak tahu inginku
apa setelah melihat semua itu, yang ada aku hanya ingin mati rasa dan aku
simpan rasa ini dalam permukaan hatiku, dan sekarang aku tau bagaimana posisiku
sebenarnya, ternyata aku diantara mereka yang sedang menjulam benang merah.
Benalu ia itulah aku. ternyata selama ini aku hanya menjadi benalu dalam
tanaman yang ditanam. Jika karena cinta aku harus menghancurkan sepasang hati,
lebih baik aku tidak mencintai sampai datang waktu itu.
Apa kau marah ?? “tanya
dalam sanubariku”
Kata marah telah lama
mati, gadis hujanku lah yang selalu mengajariku kata sabar, ikhlas, dan selalu
mendekatku dengan pemberi nafas. Tapi apa balasku selama ini?? Aku khuatir kejadian ini akan
berulang kembali. Aku tak ingin dia mengalami ini, adai aku masih diberi waktu
untuk meluruskan semua itu dan menebus semua itu.. tapi itu semua tak mungkin aku hilang sudah
dalam hati bersih tak tersisa.
Wahai gadis hujanku
tercinta…
Akan aku kulis indah
wajahmu dalam kertas bersih seperti sebersih saat kita pertama bertemu. Kemarin
sekarang esok lusa kau akan tetap menjadi api semangatku meski aku hanya dapat
melihatmu dari balik layar kehidupanmu. Menunggu mu di belakang panggung saat
kau butuhkan aku lagi. Aku tak tahu apa yang harus aku tulis lagi, yang ada
dalam setiap jengkal dan detik ini kata kehilanganku sungguh besar, rasa cinta
dan sayang ku akan kau gadis hujanku sungguh besar dari awal aku melihat bahkan
sebelum bertemu denganmu. Dan kini berakhir “ingatku dalam hening”
Bagaimana Perasaanmu
sekarang?? “tanyaku dalam hati”
Aku tak tahu apa yang
aku rasakan, sakit iya sakit, sedih pasti aku sedih, marah iya aku marah, semua
emosionalku itu sudah hilang sejak denganya seperti kataku tadi “hatiku”, benci
?? apa yang harus aku benci ?? hanya diri ini yang patut dibenci dalam sendiri.
Tapi yang pasti aku benar-benar kehilangan akan sosok gadis itu lagi dan tak
akan bisa mendengar suara tawa dan candanya kembali, seperti daun tertiup angin
yang tak punya tujuan lagi entah akan jatuh kemana lagi aku. Aku masih simpan
jelas suara tawanya saat aku rindu akan tamparanya. Aku sangat jelas merekam
kata manjanya padaku dulu.
Siapa kau ini sampai
seperti ini ?? “tanyaku dalam hati kosong”
aku bukan siapa-siapa,
aku tak bisa apa-apa aku hanya bisa ngomong saja tak ada bukti, wahai gadis
hujanku.. benar apa yang pernah kau katakan aku memang OMDO “omong doang” . iya
aku baru tersadar dari tidur panjangku dalam bawah sadar kalau aku ini hanya
seperti radio yang Cuma bisa ngomong saja. Apa yang aku omongakan selalu salah,
tidak seperti mereka benar apa yang diucapkan, bodohnya aku.. seharusnya aku
lebih belajar darimu gadisku. Kini aku tak minta untuk jadi apa-apa dalam
hidupmu bahkan setiap langkahmu, aku
hanya ingin berada di belakangmu disaat kau terpuruk jatuh dan aku bisa
menangkapmu dengan kedua tanganku selagi tangan ini masih kau ijinkan
membelaimu. Andai kau tahu itu “harapku”
Dingin angin malam
dengan air embun yang lama-lama membasahiku tak sanggup menjawab semua pertanyaan
diriku sendiri. Aku mulai lemas dengan semua pikir ini seperti mencari jarum
dalam jerami tak tau dimana letaknya. Yang hanya ku bisa saat ini hanya
memandang semua kenangan yang pernah aku lakukan bersama dengannya dan tempat
tempat dimana kita pernah bersama, seperti saat ini sungai di tengah kota
pahlawan atau kota kenangkanku mulai sekarang.
Sejenak aku melihat
sekeliling, muda mudi dengan semua pasangan sendiri, bahkan hewan sekalipun, tapi aku duduk disini sendiri dengan sebuah kertas dan pena darinya, tinggal
ini yang selalu setia menemaniku setiap aku melangkah dan menjajahkan isi hati
ini. Aku tak lelah dengan semua ini, hanya tak bisa berpikir lagi sampai
seperti ini, dan sekarang hanya benar-benar memandangmu dari jauh karena aku
sudah tak dibutuhkan lagi.
Aku tak tahu kemana
lagi aku berjalan setalah dari sini, aku tak ingin beranjak dari tempat ini
begitu banyak cerita disini, meski hanya beberapa menit saja kita pernah canda
tawa
Wahai Gadis Hujanku ..
Bagaimana kabarmu
sekarang ??
Pasti kau baik-baik
saja disana, saat kau membaca ini, dari tulisan ini aku menjamakan tanganku
dikepalamu dan mengelus perlahan dari jauh. Oooohhh… sungguh nikmatnya merindu.
Dengan siapa kau saat
ini ??
Pasti kau sekarang
dengan yang selalu kau ceritakan dalam sela sendirimu dan anganmu serta jutaan
tulisan yang pernah kau ciptakan. Ooohh .. gadisku.. andai kau tahu aku bahkan
tak menciptakan tulisan indah untuk mu, semua blok huruf dan kata bahkan
kalimat tak cukup mendiskripsikan mu. Cukup kau tau kalau aku selalu ada
disudut jalan jika kau memerlukanku.
Apa kau masih
mengingatku ?? “tanyaku dengan salam angin”
Pasti kau akan
mengingatku, iyaa orang yang paling sering membuatmu menagis dan membuat hati
dan pikiranmu tak menentu. Tapi.. wahai gadiskuu.. sempatkan mengingatku meski
hanya 5 detik saja saat kita berncada dan tawa tanpa ada kata “DIA” dalam
kalimat tawa itu, cukup kata “KITA”. Jangan pernah bermimpikan aku, mimpi itu
malah memperburuk mimpi mu. Aku disini cukup pejamkan mata dan memanggilmu
seraya kau akan tampak disisi ini. Gila yaaa.. iya gila nya orang yang tak bisa
ditembak orang waras.
Cukuplah untuk malam
ini, izinkan aku untuk memimpikanmu dalam khayal dan memegang kembali tanganmu
seperti dulu, BIASA iya buat mu ini hal biasa tapi tidak buatku ini adalah luar biasa.
BIASA mu adalah BINASA
Kau yang ajarkan aku kebahagian kau pula yang tunjukkan derita
Dulu kamu adalah kita,
sekarang kamu adalah KALIAN.
Selamat Tidur wahai
Gadis Hujan ku..
Mimpi kan Aku jika kau
ingat dan ingin..
NB : cium 3x tulisan
ini jika kau telah membacanya cukup untuk mewakili semuanya
27 januari 2015
De'andrias
Nice
ReplyDeletemaksih sahabat, thank's for visit :d
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete