Monday, March 2, 2015

PERBINCANGAN LAHIR DAN BATIN


jiwa ini semakin tak kuasa, hantaman palu pun tak akan terasa, sabitan tanjamnya waktu serasa membunuhku perlahan. Ketakutan dan kekhawatiranku menjadi kenyataan yang dulu sempat dianggap biasa dan berujung binasa. Entah akan lari kemana lagi aku,  aku seperti daun jatuh dari pohon yang tertiup angin tak mengerti mata angin hanya berharap aku tetap bisa menyimpannya. Aku tak lelah bukan juga tak kuat, aku hanya perfikir kenapa semua itu bisa terjadi secara perlahan dan pasti, aku mencoba memandangi kaca tapi tetap sama semu yang ku dapat. Aku mencoba meraungkan wajahku ke sungai diaman kita dulu pernah bersama, entah air yang keruh atau aku yang terlalu kotor.

Tangan kananku mulai kaku seperti es, ku tulis ini hanya dengan tangan kiri dan ingin kusembunyikan dari tangan kananku, aku tak ingin menyakiti mereka. Tuhan… kalau ini sudah menjadi cobaku atau hukum atas karmaku, maka aku ingin yang lebih berat, aku tak menyalahkan siapa atau apa dalam keadaan ini, hanya diriku ini yang perlu disingkirkan.  “harapku dalam hati”


Terik siang semakin menusuk, panas ini tak lebih panas dari bakaran semua emosional dalam jiwa dan ragaku. Angin yang enggan memberikan dinginnya, hujan dan awan yang tak bersabat, aku mulai terasingkan dalam keadaan ini dan tempaat ini, apa ini bukan tempatku..?? kalau bukan aku akan pergi jika untuk membuat baik, setidaknya aku memiliki tempat kenangan ini setelah aku terusir secara perlahan tanpa sengaja.

Apa yang kau rasakan ??? “tanyaku dalam hati”

aku akan benar benar kehilangan sosok wanita yang dulu pernah berkata “kau sempurnakan aku” dia yang sering ku panggil “gadis hujanku” dan kata itu berubah “kau bukan siapa siapa ku” perbuatan apa yang telah aku lakukan, secepat itukah??? “jawab sendiri dalam hati kotor ini”

Apa yang kau inginkan ??? “tanyaku dalam benak”

Aku tak tahu inginku apa setelah melihat semua itu, yang ada aku hanya ingin mati rasa dan aku simpan rasa ini dalam permukaan hatiku, dan sekarang aku tau bagaimana posisiku sebenarnya, ternyata aku diantara mereka yang sedang menjulam benang merah. Benalu ia itulah aku. ternyata selama ini aku hanya menjadi benalu dalam tanaman yang ditanam. Jika karena cinta aku harus menghancurkan sepasang hati, lebih baik aku tidak mencintai sampai datang waktu itu.

Apa kau marah ?? “tanya dalam sanubariku”

Kata marah telah lama mati, gadis hujanku lah yang selalu mengajariku kata sabar, ikhlas, dan selalu mendekatku dengan pemberi nafas. Tapi apa balasku  selama ini?? Aku khuatir kejadian ini akan berulang kembali. Aku tak ingin dia mengalami ini, adai aku masih diberi waktu untuk meluruskan semua itu dan menebus semua itu..  tapi itu semua tak mungkin aku hilang sudah dalam hati bersih tak tersisa.

Wahai gadis hujanku tercinta…
Akan aku kulis indah wajahmu dalam kertas bersih seperti sebersih saat kita pertama bertemu. Kemarin sekarang esok lusa kau akan tetap menjadi api semangatku meski aku hanya dapat melihatmu dari balik layar kehidupanmu. Menunggu mu di belakang panggung saat kau butuhkan aku lagi. Aku tak tahu apa yang harus aku tulis lagi, yang ada dalam setiap jengkal dan detik ini kata kehilanganku sungguh besar, rasa cinta dan sayang ku akan kau gadis hujanku sungguh besar dari awal aku melihat bahkan sebelum bertemu denganmu. Dan kini berakhir “ingatku dalam hening”

Bagaimana Perasaanmu sekarang?? “tanyaku dalam hati”

Aku tak tahu apa yang aku rasakan, sakit iya sakit, sedih pasti aku sedih, marah iya aku marah, semua emosionalku itu sudah hilang sejak denganya seperti kataku tadi “hatiku”, benci ?? apa yang harus aku benci ?? hanya diri ini yang patut dibenci dalam sendiri. Tapi yang pasti aku benar-benar kehilangan akan sosok gadis itu lagi dan tak akan bisa mendengar suara tawa dan candanya kembali, seperti daun tertiup angin yang tak punya tujuan lagi entah akan jatuh kemana lagi aku. Aku masih simpan jelas suara tawanya saat aku rindu akan tamparanya. Aku sangat jelas merekam kata manjanya padaku dulu.

Siapa kau ini sampai seperti ini ?? “tanyaku dalam hati kosong”

aku bukan siapa-siapa, aku tak bisa apa-apa aku hanya bisa ngomong saja tak ada bukti, wahai gadis hujanku.. benar apa yang pernah kau katakan aku memang OMDO “omong doang” . iya aku baru tersadar dari tidur panjangku dalam bawah sadar kalau aku ini hanya seperti radio yang Cuma bisa ngomong saja. Apa yang aku omongakan selalu salah, tidak seperti mereka benar apa yang diucapkan, bodohnya aku.. seharusnya aku lebih belajar darimu gadisku. Kini aku tak minta untuk jadi apa-apa dalam hidupmu bahkan setiap langkahmu,  aku hanya ingin berada di belakangmu disaat kau terpuruk jatuh dan aku bisa menangkapmu dengan kedua tanganku selagi tangan ini masih kau ijinkan membelaimu. Andai kau tahu itu “harapku”

Dingin angin malam dengan air embun yang lama-lama membasahiku tak sanggup menjawab semua pertanyaan diriku sendiri. Aku mulai lemas dengan semua pikir ini seperti mencari jarum dalam jerami tak tau dimana letaknya. Yang hanya ku bisa saat ini hanya memandang semua kenangan yang pernah aku lakukan bersama dengannya dan tempat tempat dimana kita pernah bersama, seperti saat ini sungai di tengah kota pahlawan atau kota kenangkanku mulai sekarang.

Sejenak aku melihat sekeliling, muda mudi dengan semua pasangan sendiri, bahkan hewan sekalipun, tapi aku duduk disini sendiri dengan sebuah kertas dan pena darinya, tinggal ini yang selalu setia menemaniku setiap aku melangkah dan menjajahkan isi hati ini. Aku tak lelah dengan semua ini, hanya tak bisa berpikir lagi sampai seperti ini, dan sekarang hanya benar-benar memandangmu dari jauh karena aku sudah tak dibutuhkan lagi.

Aku tak tahu kemana lagi aku berjalan setalah dari sini, aku tak ingin beranjak dari tempat ini begitu banyak cerita disini, meski hanya beberapa menit saja kita pernah canda tawa

Wahai Gadis Hujanku ..

Bagaimana kabarmu sekarang ??
Pasti kau baik-baik saja disana, saat kau membaca ini, dari tulisan ini aku menjamakan tanganku dikepalamu dan mengelus perlahan dari jauh. Oooohhh… sungguh nikmatnya merindu.
Dengan siapa kau saat ini ??
Pasti kau sekarang dengan yang selalu kau ceritakan dalam sela sendirimu dan anganmu serta jutaan tulisan yang pernah kau ciptakan. Ooohh .. gadisku.. andai kau tahu aku bahkan tak menciptakan tulisan indah untuk mu, semua blok huruf dan kata bahkan kalimat tak cukup mendiskripsikan mu. Cukup kau tau kalau aku selalu ada disudut jalan jika kau memerlukanku.

Apa kau masih mengingatku ?? “tanyaku dengan salam angin”

Pasti kau akan mengingatku, iyaa orang yang paling sering membuatmu menagis dan membuat hati dan pikiranmu tak menentu. Tapi.. wahai gadiskuu.. sempatkan mengingatku meski hanya 5 detik saja saat kita berncada dan tawa tanpa ada kata “DIA” dalam kalimat tawa itu, cukup kata “KITA”. Jangan pernah bermimpikan aku, mimpi itu malah memperburuk mimpi mu. Aku disini cukup pejamkan mata dan memanggilmu seraya kau akan tampak disisi ini. Gila yaaa.. iya gila nya orang yang tak bisa ditembak orang waras.

Cukuplah untuk malam ini, izinkan aku untuk memimpikanmu dalam khayal dan memegang kembali tanganmu seperti dulu, BIASA iya buat mu ini hal biasa tapi tidak buatku ini adalah luar biasa.
BIASA mu adalah BINASA

Kau yang ajarkan aku kebahagian kau pula yang tunjukkan derita
Dulu kamu adalah kita, sekarang kamu adalah KALIAN.
Selamat Tidur wahai Gadis Hujan ku..
Mimpi kan Aku jika kau ingat dan ingin..
NB : cium 3x tulisan ini jika kau telah membacanya cukup untuk mewakili semuanya

27 januari 2015

De'andrias

3 comments: